Rapuh…
Kau yang dulu berdiri kuat kini goyah
Kayu yang dulu sebagai tiang mu kini sedikit demi sedikit di makan rayap – rayap kecil
Tuan besar di kalahkan makhluk kecil
Rumah tua
Mungkin dulu kau terlalu sombong hingga kini kau di jatuhkan makhluk kecil itu
Terasa pilu ketika semua tak lagi menganggap kau ada
Tempat dulu orang berbagi cerita
Kini tak dianggap lagi
Tamat sudah kisah mu
Rumah tua
Mungkin sudah nasib mu di abaikan orang
Biarlah semua yang dulu menjadi hanya menjadi kenangan mu
Hanya kau yang tahu itu
Tersenyumlah rumah tua
Kenanglah semua yang dulu tersimpan di dalam hati mu
Sampai jumpa rumah tua yang tertinggalkan
Kau yang dulu berdiri kuat kini goyah
Kayu yang dulu sebagai tiang mu kini sedikit demi sedikit di makan rayap – rayap kecil
Tuan besar di kalahkan makhluk kecil
Rumah tua
Mungkin dulu kau terlalu sombong hingga kini kau di jatuhkan makhluk kecil itu
Terasa pilu ketika semua tak lagi menganggap kau ada
Tempat dulu orang berbagi cerita
Kini tak dianggap lagi
Tamat sudah kisah mu
Rumah tua
Mungkin sudah nasib mu di abaikan orang
Biarlah semua yang dulu menjadi hanya menjadi kenangan mu
Hanya kau yang tahu itu
Tersenyumlah rumah tua
Kenanglah semua yang dulu tersimpan di dalam hati mu
Sampai jumpa rumah tua yang tertinggalkan
Kalau
untuk puisi yang satu ini, saya ingat sekali perjumpaan dengan orang tua. Waktu
itu saya meminjam sepeda motor teman mau berangkat ke kampus. Dan pada saat
pulang dari kampus menuju kontrakan hujan lebat datang, saya pun memutuskan
untuk berteduh menunggu reda hujan. Lokasi tempat ssay beteduh ini dekat dengan
seorang kakek tua tukang sol sepatu.
Yah,
dari dialah datang puisi rumah tua ini. Tanpa sadar kami bercerita bagaikan
kakek dengan cucunya. Banyak hal yang saya tau dari beliau dan saya merasa
bangga akan momen kala itu.
Dan
puisi ini juga sudah saya upload akun facebook. Karena pada saat itu saya
benar-benar belum mengatahui menganai blogger ini.
No comments:
Post a Comment