Tepat pukul 2:00 pm watu
setempat, Smarthphone saya berbunyi. Rupanya
ini panggilan dari Ahua. Ahua adalah seorang laki – laki translator dari bahasa
mandarin ke Indonesia. Kebetulan perusahaan tempat saya kerja yang bergerak di
bidang kontruksi bekerja sama dengan perusahaan asaln China. Dan Ahua adalah
salah satu translator yang sangat bisa di andalkan, dia bekerja di perusahaan
dari China ini.
Mobil strada putih saya nyalakan
hendak menjumpai si Ahua. Tanpa basa – basi saya lansung injak gas untuk menuju
ke kantor perusahan dari China ini. Cuaca panas tidak lagi terasa karena buru –
buru menuju kesana. Kantor sementara berwarna putih dengan seng warna biru dan
juga kolom besi dicat warna senada dengan seng adalah cirri khas dari kantor
sementara di lapangan pekerjaan atu sering kami sebut site office.
Tanpa sadar saya langsung
mencari Ahua, yang setau saya sering nongkrong di ruangan kesehatan dan disini
juga menjadi tempat perkumpulan mereka para translator. Ahua pun ada di dalam
sambil memainan smarthpone-nya.
“Bang, tadi telpon mau
jumpai siapa diminta datang ke kantor mereka,” kalimatku mengarah ke Ahua yang
sedang asik menggunakan telpon genggamnya.
“Wah, cepat juga datangnya,
tanggap sekali anda ini”, jawab Ahua dengan seyumannya yang khas.
Ahua translator yang memang
sering kami ajak sebagai penghubung dengan mereka, dan dia juga salah satu
translator senior di lokasi tempat kami kerja.
“Tadi Si Mr. Xinli meminta
saya untuk menghubungi anda, dia bilang ada yang mau dibcarakan”, sambung Ahua.
Xinli adalah salah satu
accounting di perusahaan China yang menjadi partner kerja kami. Dia memang agak
susah dalam berbahasa Inggris jadi yang kami andalkan sebagai perantara adalah
si Ahua.
Kami pun langsung menuju
ruangan accounting untuk membicarakan hal tersebut. Mr. Xinli sudah siap dan
langsung menyambut kami.
Ahua langsung mengatakan
kepada kami silakan duduk, ini dari bahasa tubuh Xinli yang menunjuk kea rah tempat
duduk.
“Tunggu sebentar, ada orang
lain mau jumpai anda”, Ahua langsung menerjemahkan apa yang di bilang si Xinli.
“Siapa yang mau jumpa dengan
saya ?” aku langsung menjawab.
“Shitong”, jawab Ahua dengan
tegas.
Saya pun duduk sambil
menunggu Sitong datang keruangan itu. Shitong adalah seorang enginer yang bertugas
menghitung quantity pekerjaan yang kami laksanakan. Ini terkait dengan pihak accounting
karena ada perkalian harga dengan quantity yang dikerjakan.
Tidak lama Shitong pun
datang ke ruangan tepat saya dan Ahua menunggu sambil di ikuti Xinli. Sebelumnya
kenapa kami diarahkan langsung keruangan accounting karena memang sekilas saya
lihat di ruangang enginer mereka sangat ramai, mungkin sedang mendiskusikan
sesuatu. Shitong pun duduk sambil memperlihatkan setumpukan dokumen dan
langsung berbicara dengan Ahua.
‘Begini pak, maksud dari
bapak Shitong ini ada ketidak sesuaian dengan perhitungan kita sebelumnya, jadi
mau di rubah dan di sesuaikan dengan data yang sudah disetujui besama”, Ahua
menerangkan pada kami.
“Lho kenapa bisa begitu pak,
soalnya kan dari lima bulan yang lewat kita tidak pernah lewat dari pembahasan
ini”, jawabku dengan penuh pertanyaan.
Ahua pun langsung
menyampaikan dalam bahasa Mandarin kepada Shitong.
“Ketidak sesuaian ini tidak
beda jauh dengan yang kita hitung kemaren, kita tinggal mencocokkan data yang
sudah di setujui bersama dan membuatnya sebagai kesimpulan untuk menjadi dasar
dari pembayaran’’, Ahua menyampaikan maksud mereka dalam hal ini Xinli dan
Shitong.
Saya pun sejenak terdiam sambil
berpikir mengenai pernyataan mereka. Dalam pikiran saya sama dengan kejadian
sebelumnya. Kami sengaja dipancing untuk membuat suatu keputusan yang cepat,
permainan pikiran mereka sangat terlihat.
“Tidak bisa begitu pak !,
apa yang sudah kita capai dalam waktu lima bulan sebelumnya akan cacat apabila
kami menyetujui hal ini”, saya langsung menjawab dengan tegas.
Raut wajah Xinli dan Shitong
langsung memerah, karena pernyataan kami. Dengan nada yang cukup menekankan
menurut saya dia menyampaikan pada Ahua. Saya memang tidak bisa berbahasa
Mandarin tetapi saya memperhatikan nada bicara dan gerak tubuh dari mereka. Marah
dan kecewa dengan pernyataan kami tersebut.
“Apa yang kita lakukan dalam
menuju kesepakaan ini sudah sampai pada tingkat hight management kami pak,
jadi kalau kita ubah akan kembali ke awal dan sema yang sudah kita capai tidak
ada gunanya lagi”, kami menjelaskan pada mereka.
Diruangan tersebut menjadi
memanas karena perdebatan kami, saya pun tidak mau kalah mempertahankan apa
yang menjadi pencapaian kami selama lima bulan sebelumnya.
Saya pun teringat akan satu
hal, mereka mengarahkan pemikiran kami untuk megambil keputusan dengan cepat. Hal
ini akan jadi suatu peluang bagi mereka untuk memperoleh suatu keuntungan dan
bisa merugikan pada kami.
Kami pun tidak mau membuat
keputusan dengan gegabah dan langsung melaporkan hal ini pada hight management perusahaan.
Perdebatan siang itu pun
selesai dengan sedikit kekecewaan pada kami, karena perusahaan dari China ini
sangat tidak konsisten dengan apa yang mereka putuskaan sebelumnya. Kami pun
keluar ruangan sambil menunggu surat dari hight
management sesuai dengan keputusan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment