Wednesday, 12 September 2018

AWAL MULA MASUKNYA ETNIS TIONGHOA DI KOTA MEDAN

Sumber gambar medan.panduanwisata.id

Etnis Tionghoa diketahui sudah sejak lama memasuki kota medan. Pada abad ke-14 atau sekitar tahun 1400 etnis Tionghoa sudah ada di kota Medan. Inilah salah satu alasan kenapa mereka tak lepas dari keragaman etnis yang ada di Medan.

Pada akhir zaman emasnya perkebunan di Sumatera Utara terdapat 35 persen komunitas etnis Tionghoa di tanah Deli. Namun seiring dengan meluasnya penanaman dan kebutuhan tenaga kerja di datangkanlah tenaga kerja tambahan dari negara jiran kota Penang yang pada dulunya dikenal sebagai bandar besar jual beli buruh kontrakan dari Guangzhou dan XiaMen. Pada umumnya kuli kontrakan Tionghoa ini berasal dari sisi pesisir selatan. 

Indonesia yang dijajah oleh Belanda merupakan salah satu masuknya etnis Tionghoa ke Medan. Dikarenakan pada zaman dahulu harga kuli kontrakan tergolong sangat mahal dan sangat jauh, maka Belanda berinisiatif memboyong dan membawa buruh Cina masuk ke Medan karena upahnya yang sangat murah.  Peradaban Tionghoa di Medan dapat kita lihat melalui peninggalan – peninggalan bersejarah mereka seperti klenteng-klenteng tertua yang ada di kota Medan Marelan. 

Gelombang kedua terjadi pada tahun 1800-an, semakin berkembangnya perkebunan yang dikembangkan oleh Belanda semakin banyak juga pekerja yang mereka datangkan dari luar. Pihak Belanda merasa tidak cocok dengan para pekerja pribumi sehingga memaksa para pengusaha perkebunan juga mendatangkan para pekerja Tionghoa. Pada tahun 1870 perusahaan perkebunan tembakau Deli Maatcchappiji kembali mendatangkan tenaga buruh asing Cina dari Singapura sebanyak 4.000. Pada antara tahun 1888 sampai 1931 ada 305.000 tenaga kerja asing Cina dari Singapura dan pulau Jawa. Pada akhirnya para Tionghoa ini memilih untuk melepaskan diri dari perkebunan dan memilih untuk menjadi pedagang di pedesaan, nelayan dan lain-lain. 

Pada waktu itu telah banyak penduduk Tionghoa yang telah diakui menjadi pemuka – pemuka golongan yang oleh pemerintah Hindia Belanda. Seperti Tjong A. Fei pada tahun 1880 yang menyusul kakak – kakaknya dan sudah mendapatinya mempunyai pangkat Luitenant yaitu pangkat yang diberikan pemerintah Hindia Belanda. Tjong A. Fei sendiri mendapat gelar Majoor dan meninggal pada tahun 1921.   

Walaupun etnis Tionghoa bukan merupakan penduduk asli pribumi, akan tetapi kehadiran mereka di kota Medan akan sangat mudah kita tandai. Ini dapat dilihat melalui bahasa sehari – hari yang mereka gunakan serta rumah – rumah yang ada di jalan inti – inti kota Medan tempat tinggal mereka yang juga sekaligus dijadikan sebagai tempat untuk membuka usahanya. Selain itu mereka juga membentuk sebuah perkumpulan yang didasarkan dari mana suku mereka berasal, seperti club Hokkian, club Kuan Tung dan lain-lain. 

Pada umumnya memang etnis Tionghoa yang berada di kota Medan kebanyakan membuka usaha sebagai pedagang. Mereka dikenal sebagai pedagang yang sangat tekun dan ulet dan juga memiliki hubungan yang baik dengan sesamanya.

No comments:

Post a Comment

RECENT PUBLISHED

BAYANGAN

Berjalan di gang sempit Tatapan mata yang kosong diantara jalan yang terhimpit Terasa Sakit Di ikuti bayangan yang rumit Rumit .....

Recent Story

Translate

Back To Top