Tuesday, 28 August 2018

BARBECUE VERSI SEDERHANA MINGGU, 26 AGUSTUS 2018




Sabtu sore di lingkungan proyek, Frans merupakan salah satu Head Manager suatu perusahaan swasta mengajakku untuk ikut dalam acara barbecue bersama – sama. Perasaan ingin menolak ajakan itu, tapi untuk menjalin hubungan kerja sama saya pun meng-ia-kan permintaannya. Bersama dengan rekan kerja saya yang berkebetulan satu wilayah tempat tinggal dengan saya, sama – sama dari Sumatera Utara. Frans juga satu almamater denganku tetapi beda fakultas. Jadi tidak ada alasan untuk menolak.

Minggu sore pukul 06.00 PM Waktu Indonesia Bagian Barat, memang rasa malas untuk menghadiri acara tersebut ada. Paksaan dari rekan saya pun datang.

“Bang. Ayok kita pergi, itu bang Frans yang undang kemaren”. Kawan kerja sekaligus adik kelas ku di waktu kuliah meminta dengan paksa, Yunanda namanya.

“Ri, kalian dimana? Kita mau pergi sama – sama kan ?” salah seorang kawanku datang lagi mengajak.

Saya minta jaket warna biru untuk dikenakan dalam acara itu, pada saat itu badanku memang terasa kurang fit.

Mobil Strada putih pun kami naiki menuju acara tersebut. Informasi sebelunya, acara barbecue ini akan memanggang dagin Babi, daging Ayam, dan Jagung. Panggangan sederhanapun disiapkan. Beberapa orang sudah asik menyalakan api dan pada saat kami datang panggangan daging ayam sudah siap.

Lokasi sederha dengan tempat peristirahatan pekerja ketika siang hari kami gunakan. Penerangan apa adanya. Dengan bermodalkan baterai power bank dipadu dengan lampu yang bisa menyimpan arus listrik jadi penerangan kami sore menjelang malam itu. Frans datang dengan di ikuti seorang kawannya yang saya tahu asalnya dari Flores. Dan saya pun mengambil daging ayam bagian sayap.

“Ku ambil dulu bagian sayap, biar bisa terbang”. Celutukku dalam acara ini.

“Ia lah, ambil saja, ga usah malu – malu, ya kan”. Frans menjawab.

Sekumpulan pekerjapun ikut dalam acara ini, yang setelah saya perhatikan sebagian besar asalnya dari wilayah timur, bsa dikatakan dari Flores. Yang juga sebagai peracik sekaligus chef dalam acara tersebut.

“Mantap !”. Kata itu keluar dari mulut Yunanda.

“Oh, kalau di tempat saya tinggal Flores, main bola belum bisa berhenti kalau belum ada baku pukul antara kedua tim”. Sebut seorang yang dari Flores, namanya Martin.

Tertawalah kami, mendengar ucapan dari orang Flores tersebut. O, ia … sebelumnya sudah ada pembicaraan kami yang mengarah ke topic sepak bola.

Mario, orang Manado, ”wah, memang tidak mengenal waktu, kemaren sempat viral itukan”. Mario sebagai salah satu Safety Officer dilokasi kerja kami.

Lambat laun, cerita pun mengarah kembali ke masakan malam itu.

“Mantap juga sambal dengan campur daging babi ini ya”. Frans menyabut pembicaraan.
Mereka sangat menghargai kami, yang beragama Islam. Aku dan Yunanda pada saat itu. Terbukti dengan menyediakan panggangan daging ayam dalam acara barbecue versi sederhana ini.

“Mereka berdua tidak bisa makan daging seperti ini lae”. Katanya pada kawanku Lumbantoruan. Dia pun menyambut dengan senyuman. (“lae” merupakan panggilan akrab orang batak dalam perantauaan).

Frans pun menyambung bahan cerita pengalamannya waktu kerja di Thailand.

“Waktu dulu kerja di Thailand, disela kami libur, aku dan temanku orang Jepang berangkat ke pasar ekstrim di sana untuk menikmati daging monyet”. Frans mulai bercerita.

Dari ceritanya, mereka memperjualkan daging monyet, berikut otak dari monyet tersebut ikut dinikmati yang dihidangkan mentah dikasi dengan campran merica. Orang Jepang ini mengatakan khasiatnya sebagai penambah stamina. Segala jenis binatang ada di pasar ekstrim tersebut. Mulai dari Ular, Kecoa, Monyet, Buaya, Tikus dan masih banyak jenis hewan lainnya. Frans mengatakan cara penyajiannya tergantung pada kita si pembeli.

“Di Manado juga pak, ada pasar ekstrim, semua jenis hewan mulai dari tikus yang makan buah atau hama padi juga ada disana, bahkan sudah menjadi barang langka dagingnya karena sering diburu”. Celetuk Mario dengan logat khas Manado-nya.

Disitu saya sadar adanya toleransi antar agama dalam acara tersebut. Dan banyak budaya yang masing – masing memiliki ceritanya, mulai dari Batak, Flores, Manado, Bali, Melayu, Jawa ada dalam acara barbecue versi sederhana tersebut. Berbagai macam agama juga ada dalam cara kami pada sore menjelang malam itu, mulai dari Islam, Hindu, Budha, Katolik dan juga Protestan. Rasa Bhinneka Tunggal Ika tersirat dalam acara ini. 

Tidak ada yang memandang jabatan, umur, semua sama. Menikmati daging hasil dari chef ala kadarnya itulah yang menjadi fokus tujuan. Tidak ada yang sikut – menyikut dalam acara barbecue versi sederhana ini. Dan saya pun tergerak menulis cerita kami pada acara Minggu, 26 Agustus 2018, barbecue versi sederhana.

No comments:

Post a Comment

RECENT PUBLISHED

BAYANGAN

Berjalan di gang sempit Tatapan mata yang kosong diantara jalan yang terhimpit Terasa Sakit Di ikuti bayangan yang rumit Rumit .....

Recent Story

Translate

Back To Top