Teringat tentang cerita dongeng yang bisanya
di mulai dengan kalimat pada zaman dahulu kala atau dalam bahasa inggris yang
saya pelajari “one upon a time”. Kali
ini saya mengambil kisah tentang kelinci dan siput dalam hal perbedaan
kecepatan.
Dalam hal kecepatan siput memang
kalah jauh dengan kelinci. Dalam euphoria
kemenangan kelinci kita mengambil kesimpulan bahwa “siapa yang cepat dia dapat”. Namun, yang kita bahas bukan hanya
dari segi kemenangan kelinci saja. Yang dalam faktanya siput sudah pasti jauh
di tinggalkan kelinci.
Mari kita lihat dari segi
kekalahan siput. Siput memang dalam mencapai garis finis amat sangat lambat (kalimat
ini sudah melampau batas karena dua kali penekanan yaitu amat dan sangat). Proses
pencapaian siput ke garis finis yang harus kita kasi like. Ops... penulis
terlalu cenderung mengikuti sosial media.
Diperjalanan menuju garis finis
siput dalam berjalan selalu mengeluarka lendir yang berfungsi untuk mencengkram
sehingga dia (si siput) bisa berjalan menggunakan ototnya. Lendir yang di
keluarkan membekas pada jalan yang di lewati. Setau saya sifut tidak akan
melewati jalan yang sama apabila lendir yang ditinggalkannya masih ada disitu (kebetulan
sampung saya di daerah yang banyak siput nya).
Kelinci yang terlalu cepat
mencapai garis finis tidak menikmati proses pencapaiannya. Berbanding terbalik
dengan siput yang tidak mau melewatkan setiap apa yang dilihat dan dialami
menuju garis finis tersebut.
Makna yang dapat penulis bagi
dalam kejadian kelinci dan siput ini, masalah yang sering dihadapi oleh
sebahagian orang termasuk penulis sendiri. Sering kali kita mengeluh dalam
perjalanan pencapaian tujuan. Sedangkan banyak orang yang belum tentu memiliki
kesempatan seperti yang kita dapatkan.
Nikmatilah proses pencapaian itu,
sebenarnya kehidupan asli yang kita alami setealah mencapai belum seberapa. Setelah
mencapai garis finis masih banyak yang belum kita ketahui dan yang harus kita
pelajari.
Modal utama dalam menjalani
setelah garis finis itu adalah apa yang kita lewati dalam mencapai garis finis.
Penulis juga pernah membaca sebuah buku yang berjudul “LA TAHZAN” saya tertarik pada syair yang ditulis :
“apakah
sama orang yang menghabiskan dua bulan purnama tanpa menutup mata dengan orang
yang menghabiskan malam dengan tidurnya”
Saya sebagai penulis sangat kagum
dengan syair ini, disini sangat ditekankan prosesnya. Hasilnya akan berbanding
lurus sama halnya dengan hukum newton yang pernah saya pelajari “F aksi = F reaksi”.
Alam pun mengajarkan kita untuk
melalui proses, tidak ada pohon yang menghasilkan buah. Terlebih dahulu dia
dari tunas sehingga menjadi pohon setelah melalui proses. Pohon itu pun akan
berbuah dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Dalam proses tersebut
menghasilkan buah yang manis dan bermanfaat bagi yang memakan-nya.
Nikmatilah proses, jangan
mengeluh, jalan masih panjang, rencana tuhan pasti ada untuk hambanya, lakukan
yang terbaik maka jadilah pohon yang berbuah manis dan bermanfaat bagi semua
orang.
No comments:
Post a Comment